Sering kali kita mendengar sebuah ungkapan ketika ada salah seorang teman atau rekan kita telat datang janjian, 'maklumlah orang Indonesia jamnya jam karet', 'biasa janji orang indonesia sama taulah'; dan hal lainnya yang senada dengan itu, bisa dipastikan sobat bisa mendapatkan hal senada yang beragam dalam kehidupan sehari-hari.
Permasalahan diatas bukanlah semata tentang telatnya teman kita ketika datang, tetapi analogi <pembanding> yang digunakan kenapa harus dianalogikan dengan orang Indonesia, mungkin hal ini bukan lah yang prtama kita dapatkan, disekolah-sekolahpun para guru yang seyogyanya merupakan panutan kita saat sekolahpun mengatakan hal itu kepada kita saat kita masih sekolah.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan orang Indonesianya, toh semua orang sama, walaupun rasnya berbeda, namun hal-hal yang diucapkan oleh orang-orang, dan bahkan kita sendiri mengatakan bahwa telat <ngaret> adalah kebiasaan orang Indonesia. Tanpa kita sadari kata-kata itu lambat laun telah menjadi doktrin bagi setiap kita yang mendengarkan ungkapan itu, makanya kita menganggap hal telat itu adalah suatu sikap yang wajar sebagai orang Indonesia. Bahkan yang lebih parah beranggapan, kalau tidak telat bukanlah orang Indonesia.
Hal juga secara tidak langsung kita menjatuhkan harga diri bangsa kita sendiri, menganggap bahwa kita ini rendah, maka jangan salahkan ketika ada orang atau bangsa lain yang tidak menghargai atau merendahkan kita, karena toh kita sendiri tidak perneh menghargai diri kita sendiri.
Oleh karena itu marilah kita merubah argumen diatas, jangan terlalu jauh, cukup terapkan saja kepada diri kita masing-masing, bahwa telat untuk menepati janji adalah hal yang memalukan, dan menunjukkan bahwa kita tidak memiliki komitmen terhadap apa yang telah kita setujui sebelumnya.
Saya orang Indonesia, saya malu untuk datang telat dan tidak menepati janji, itulah yang sebenarnya yang harus kita tanamkan dimasing-masing pribadi kita. Semoga kita bisa lebih menghargai diri kita sendiri, karena kalau kita tidak bisa mengahrgai diri kita sendiri, bagaimana mungkin orang lain akan menghargai diri kita.
Permasalahan diatas bukanlah semata tentang telatnya teman kita ketika datang, tetapi analogi <pembanding> yang digunakan kenapa harus dianalogikan dengan orang Indonesia, mungkin hal ini bukan lah yang prtama kita dapatkan, disekolah-sekolahpun para guru yang seyogyanya merupakan panutan kita saat sekolahpun mengatakan hal itu kepada kita saat kita masih sekolah.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan orang Indonesianya, toh semua orang sama, walaupun rasnya berbeda, namun hal-hal yang diucapkan oleh orang-orang, dan bahkan kita sendiri mengatakan bahwa telat <ngaret> adalah kebiasaan orang Indonesia. Tanpa kita sadari kata-kata itu lambat laun telah menjadi doktrin bagi setiap kita yang mendengarkan ungkapan itu, makanya kita menganggap hal telat itu adalah suatu sikap yang wajar sebagai orang Indonesia. Bahkan yang lebih parah beranggapan, kalau tidak telat bukanlah orang Indonesia.
Hal juga secara tidak langsung kita menjatuhkan harga diri bangsa kita sendiri, menganggap bahwa kita ini rendah, maka jangan salahkan ketika ada orang atau bangsa lain yang tidak menghargai atau merendahkan kita, karena toh kita sendiri tidak perneh menghargai diri kita sendiri.
Oleh karena itu marilah kita merubah argumen diatas, jangan terlalu jauh, cukup terapkan saja kepada diri kita masing-masing, bahwa telat untuk menepati janji adalah hal yang memalukan, dan menunjukkan bahwa kita tidak memiliki komitmen terhadap apa yang telah kita setujui sebelumnya.
Saya orang Indonesia, saya malu untuk datang telat dan tidak menepati janji, itulah yang sebenarnya yang harus kita tanamkan dimasing-masing pribadi kita. Semoga kita bisa lebih menghargai diri kita sendiri, karena kalau kita tidak bisa mengahrgai diri kita sendiri, bagaimana mungkin orang lain akan menghargai diri kita.
No comments :
Post a Comment
Leave a Comment...