Networking, Opensource and Experience

top line

Puncak Ciremai #3

Pagi itu di Condang amis, suara khas alam dan sejuknya udara pengunungan perlahan masuk melalui hidung hingga perlahan masuk ke paru-paru, belum pernah gue meresakan udara sesejuk dan sesegar ini selama di ciputat.

Gue lirik jam di HP, disana tertera angka 05:00, bergegas untuk melaksanakan sholat, perlahan satu persatu teman-teman mulai bangun dan melaksanakan sholat. Setelah sholat subuh gue sedikit melakukan peregangan badan, pegal-pegal sisa perjalanan kemarin seakan masih enggan meninggalkan badan gue.


Pagi ini kami bagi tugas, sebagian masak sebagian berkemas, sarapan pagi ini cukup sederhana, pilus, mie instant dan pastinya nasi. Setelah selesai makan kami segera ganti baju, bersiap untuk melanjutkan pendakian, jam 8 kami harus berangkat dari condang amis berkgerak ke atas. Hal yang tak boleh dilupakan sebelum berangkat adalah berdo'a, ini kami lakukan setiap akan mulai berjalan.

Baru saja bergerak dari condang amis, jalur menanjak langsung menyapa kami, seolah memberikan ucapan selamat pagi. Pos berikutnya adalah Kuburan kuda, pos ini berhasil kami tempuh selama + 1,5 jam. Setiap pos kami berhenti sejenak + 5 menit untuk mengumpulkan tenaga kembali.

Setelah pos kuburan kuda kami melewati beberapa pos diantaranya Pangalapan, Tanjakan Sereni/Seruni, Bapa Tere, dan Batu Lingga 1 masing-masing posko berhasil kami capai dengan waktu tempuh + 1 jam. Di batu lingga kami berhenti untuk istirahat makan siang dan melaksanak shalat zuhur dan ashar. Cuaca saat itu sedikit kurang bersahabat kabut tebal menyelimuti perjalanan kami, bahkan sempat turun hujan yang berasal dari kabut-kabut itu, yang memaksa kami semua menggunakan raincoat sehingga membuat pergerakan kami menjadi sedikit melambat.

Kami melanjutkan perjalanan melewati beberapa pos berikutnya Sangga buana1, Sangga buana 2, dan Pengasinan. Trek yang kami lewati pos demi pos didominasi oleh tajakan curam, terlebih dari pos sangga buana 2 menuju pengasinan didominasi oleh tanjakan curam yang memiliki batu-batu besar, track ini menurut gue paling banyak menghabiskan tenaga, dan beberapa dari kami sempat terpisah jauh.

Akhirnya kami tiba di pos terakhir di Pengasinan, pada saat itu jam menunjukkan pukul 17:00 WIB. Disini kami beristirahat sebentar, sembari yang lain asyik berfoto ria, 30 menit berlalu dan kami melanjurkan perjalanan menuju puncak, trek semakin menantang karena memiliki kontur tanah berpasir yang menghasilkan kabut, semua anggota menggunakan masker, dan headlamp-pun dipasang karena cuaca yang semakin gelap.


Perjalanan menuju puncak merupakan perjalanan yang paling super, karena tenaga dan fisik yang sudah terkuras, bahkan beberapa dari kami mulai terlihat putus asa, hal ini terlihat dira banyak pertanyaan "Kapan kita sampai kepuncak?". Adik dinan, Akbar sempat menangis karena lelah fisik dan mental namun dengan motivasi dari Heru yang terkadang dibumbui dengan sedikit berbohong, akbarpun bisa terus melanjutkan perjalanan.

Jujur secara personal gue salut sama Heru, disamping fisiknya yang masih kuat walaupun sudah seharian berjalan ada hal yang paing hebat menurut gue yaitu kesabarannya dalam memotivasi adiknya dinan. Gue sendiri masih terus memaksakan diri, walau sebenernya fisik udah ngak kuat, tapi puncak gunung yang sudah terpampang didepan mata itulah yang bikin gue masih bersemangat untuk terus mendaki.

18:00 WIB kawan, tanggal 12 Oktober 2013 tanggal yang bak bakal gue lupain ditanggal ini kening gue menyentuh tanah ciremai suyukur gue ucapkan kepada Allah, ini tanggal dimana pertama kalinya gue berhasil menginjak kan kaki gue untuk pendakian pertama di gunung ciremai, hari yang bersamaan indonesia U19 final melawan Koreaselatan indonesia.

Semua rakyat indonesia bergembira malam itu karena indonesia menang melawan Korea selatan, tapi malam ini gue bener-bener senang bukan karena indonesia menang melainkan karena gue berhasil menginjakkan kaki di gunung ciremai pada pendakian pertama gue, 12 Oktober 2013 pukul 18:00 WIB gue disini, Ciremai 3078 mdpl.

Gue bergegas mengganti baju, hawa dingin menembus kulit perlahan mulai menusuk tulang, kami bergegas mendirikan tenda, malam ini kami mendirikan 3 tenda, setelah selesai beres-beres kami melaksanakan sholat. Malam ini kami hanya makan mie instant dan roti karena badan sudah lelah dan udara semakin dingin kami masuk ketenda masing-masing untuk menghangatkan diri, sedikit bercerita lalu tidur.

Malam ini badan gue tidak begitu fit, mungkin sudah tidak kuat lagi setelah dua hari berjalan dan perubahan cuaca yang cukup ekstrim, malam itu bukanlah tidur gue yang nyenyak seperti malam sebelumnya, waktu berjalan begitu lambat, gue terbangun pukul 12:00 dan susah tidur karena hidung gue tersumbat.

Akhirnya waktupun berlalu dan pagi datang menyapa ciremai, gue sholat subuh berjamaah dengan fahmi di tenda, riuh rendah suara terdengar di luar, setelah melongok keluar gue melihat berpasang-pasang mata telah ada di puncak, para pendaki lain juga telah mencapai puncak pagi ini untuk melihat sunrise, udara sejuk kembali gue rasakan, namun sekarang dengan dingin yang menusuk tulang.

Matahari malu-malu mengintip dari balik awan seolah enggan beranjak dari peraduannya, semua orang asyik berfoto ria, mencari moment yang pas, namun bagi gue, menyaksikan keindahan alam ini sudah lebih dari cukup :).

Lanjut baca:
+ Selamat tinggal Ciremai

Zikrillah

An ordinary person who use a keyboard to print a word on his screen, "an experienced keyboard user".

No comments :

Post a Comment

Leave a Comment...