Pada gambar dibawah ini terdapat empat router(Z, I, K, dan R) yang sedang menggunakan algoritma distance vektor. Pada gambar tersebut kita menggunakan hop count sebagai metrik. Pada saat t0 Router Z sampai R baru saja aktif. Lihat pada routing tabel yang terdapat pada baris paling atas, pada saat t0 informasi yang dimiliki oleh keempat router hanyalah alamat network yang terkoneksi secara langsung dengan diri mereka sendiri.
Tabel routing akan mengidentifikasi alamat network tersebut dan menyatakan bahwa mereka terkoneksi secara langsung dengan alamat network tersebut, karena terkoneksi secara langsung maka untuk menuju ke alamat tersebut router tidak memeliki next-hop router dan memiliki nilai hop count 0 pada tabel. Setiap router dari keempat router tersebut akan melakukan broadcast informasi routing tabel yang mereka miliki ke router tetangga dan begitu seterusnya.
Pada saat t1, update pertama telah diterima dan diproses oleh router. Lihat pada routing tabel yang dimiliki oleh router Z pada posisi t1 Router I melakukan update ke router Z dengan memberitahukan bahwa route I memiliki network 10.1.2.0 dan 10.1.3.0, ke dua network tersebut dapat dicapai oleh router I dengan 0 hop(directly connected). Maka jika network tersebut dapat dicapai oleh router I dengan 0 hop, maka untuk mencapai network tersebut dari router Z akan membutuhkan 1 hop(melalui router I). Router Z menambahkan nilai hop count dengan 1 dan kemudian menguji network yang diterima dari router I dengan cara membandingkan pada routing table yang dimilikinya.
Kemudian akan timbul pertanyaan;
"Bagaimana jika network yang di-advertise oleh router I telah dimiliki oleh router Z ?", jawabannya akan dilakukan perbandingan hop count, hop count yang paling kecil akan digunakan.
Pada contoh diatas ternyata router Z telah memiliki alamat network 10.1.2.0 dan memiliki hop count 0 dimana hop count tersebut lebih kecil dari yang diberikan oleh router I maka router Z akan mengabaikan informasi network 10.1.2.0 yang diterimanya dari router I.
Sedangkan alamat network 10.1.3.0 merupakan informasi baru bagi router Z, maka router Z memasukkan alamat network tersebut kedalam routing tabelnya. Network tersebut diterima oleh router Z dari router I dengan interface 10.1.2.2 maka informasi tersebut juga akan dimasukkan kedalam routing tabel Z. Perhatikan bahwa setiap router yang lainnya juga melakukan operasi yang sama seperti pada saat t1.
Kita lihat pada router K, router K mengabaikan informasi network 10.1.3.0 dari router I dan 10.1.4.2 dari router R tapi memasukkan informasi tentang network 10.1.2.0 yang dapat dicapai melalui router I dengan alamat interface 10.1.3.1 dan network 10.1.5.0 yang dapat dicapai melalui router R dengan alamat interface 10.1.4.2. Kedua network tersebut dimasukkan kedalam routing tabel router K dengan hop 1.
Pada saat t2, ketika waktu tunggu sudah habis dan informasi update kembali di-broadcast. Router I mengirimkan routing tabel terakhir yang dimilikinya ; router Z menambahkan hop count yang di-advertice router I dengan nilai 1 dan melakukan koparasi terhadap routing tabelnya. Informasi tentang network 10.1.2.0 akan kembali diabaikan dengan alasan yang sama seperti sebelumnya. Network 10.1.3.0 sudah diketahui oleh router Z dan tidak ada perubahan pada hop count maka informasi tersebut juga akan diabaikan. Network 10.1.4.0 merupakan informasi baru bagi router Z dan network tersebut dimasukkan kedalam routing tabelnya.
Pada saat t3 semua router telah mengetahui setiap alamat network, alamat next-hop router dari setiap network dan jarak(hop) untuk menuju ke setiap network.Sekarang saatnya kita memberikan sebuah analogi terhadap routing distance vektor. Anggap kita seorang pendaki baru ketika di perjalan ada 2 percabangan jalan untuk menuju puncak, sedangkan disana terdapat petunjuk jalan dengan tulisan "Puncak 20 Km lagi".
Maka kita tidak memiliki opsi lain selain hanya mempercayai petunjuk arah tersebut. Kita tidak memiliki gambaran apa sebenarnya yang ada 20 Km didepan, dan bahkan kita tidak bisa memastika 20Km di depan itu adalah benar-benar jalur menuju puncak bukan jalan setapak yang membawa kita menuju jurang, bisa jadi seseorang iseng dan merubah arah tersebut sebelumnya, jadi kita hanya menuruti arahan tersebut tanpa mengetahui apakah itu benar atau tidak.
Algoritma distance vektor memberikan tanda pada setiap jalur network. Mereka menunjukkan arah dan jarak, tapi tidak memiliki detai apakah yang terdapat sepanjang jalur tersebut, apakah jalaur tersebut benar. Seperti halnya tanda percabangan jalan pada pendakian, bisa saja terjadi kesalahan atau terjadi perubahan arah oleh pendaki sebelumnya. Itulah analogi pada kehidupannya dari algoritma distance vector, "routing by rumor"
No comments :
Post a Comment
Leave a Comment...