Mentari tampak malu-malu, seakan enggan mengusir hawa dingin yang menyelimuti kami pagi ini, disudut sana tampak pergerakan sekelompok ibu-ibu pemetik teh yang sudah siap dengan keranjang dipungungnya. Rencananya pagi ini kami akan melajutkan perjalanan, butuh waktu + 4 - 5 jam untuk mencapai puncak, segera setelah berkemas, berdo'a, kami melanjutkan perjalanan, trek pertama kami pagi ini langsung menanjak, hingga sampai di pos pertama kami harus mendaftar lagi dan memasukkan uang Rp 5.000 kedalam kotak(sukarela saja, jumlah tidak ditentukan).
Didepan kami tampak sekelompok pendaki lainnya, pendakian kami sedikit melelahkan karena kebanyakan trek menanjak dan kami belum sampai dihutan yang membuat kami terpapar sinar mata hari langsung, selama perjalanan hanya ada dua kelompok pendaki yang mendaki hari itu, pendaki Bandung dan Garut.
Kami berharap menjadi kelompok pertama yang akan mencapai puncak pada hari itu, agar bisa mengambil bangunan posko untuk di jadikan tempat bermalam, seperti sudah menjadi hukum alam dalam dunia pendakian,
"Semakain banyak orang dalam suatu kelompok pendakian maka semakin ringan barang bawaaan anda, tetapi akan semakin lama waktu tempuh yang anda butuhkan"Kami hanya berdua sementara kelompok pendaki lainnya berjumlah 4 orang dan 10 orang, benar saja kelompok besar tersebut berhasil kami lewati di sebelum posko 3, sementara kelompok yang satunya masih bersama-sama kami hingga posko 6.
Di posko 6 kami beristirahat sejenak, masih terdapat 1 posko lagi sebelum puncak, pucak cikurai sudah terlihat dari sini, namun sekelompok kabut mulai menyelimuti puncak itu sehingga tak terlihat lagi, hawa dingin mulai menusuk, rintik hujan mulai turun, secara perlahan jumlah air yang turun itu semakin banyak hal ini lazim terjadi jika sudah mencapai puncak.
Kami mulai mengeluarkan rain coat dari tas masing-masing sementara kelompok lain yang bersama kami memilih untuk mendirikan tenda, hujan ini sama seperti yang kami alami seperti ketika mendaki ciremai dulu, biasanya takkan lama, akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.
Akhirnya 13:30 kami sampai di puncak cikurai, tak seperti ciremai, kondisi puncak cikurai nyaris sepi, tentunya tak akan ada kawah seperti ciremai, karena cikurai merupakan gunung mati, sepanjang perjalan naik gue menilai kebersihan cikurai sangat memprihatinkan, setiap posko nyaris memiliki sampah plastik yang ditinggal begitu saja dengan jumlah tak sedikit, inilah beda para pecinta alam dengan para wisata alam.
Pecinta alam akan membawa sampah mereka kembali kebawah, para wisata alam hanya naik untuk berfoto-foto tanpa peduli dengan sampah yang telah mereka buat.
Perlahan kelompok lainpun mulai berdatangan + 2 jam setelah kami, beberapa ada yang mendirikan tenda di puncak dan sebagian lainnya ada yang mengelar tenda 50 meter di sebelum puncak. Hari ini kamu tutup dengan menu sosi, wortel dan mi rebus, semuanya masih dengan cara direbus :D.
26 April 2014
Pagi itu suhu dingin sangat menusuk, diluar terlihat semakin banyak tenda-tenda kecil berdiri, sebagian dari mereka baru saja mencapai puncak pukul 01:00 dini hari tadi, pagi itu masih terasa sepi belum banyak orang yang mau beranjak dari peraduannya.
Perlahan wajah-wajah ngantuk serta bahasa tubuh yang berusaha mengusir dingin mulai muncul satu-persatu, bersiap menunggu kemunculan sang mentari, lama menunggu namun sayang tak seperti harapan semua orang, awan hitam seolah menjadi musuh pagi itu, dengan semangat awan hitam itu menutupi kemunculan sang mentari, momen indah yang diharapkan para pendaki akhirnya berhasil dibuyarkan sekelompok awan hitam itu.
Kami tak berlama-lama dipuncak, jam 08:30 kami mulai bergerak meninggalkan puncak, sepertinya tas gue yang sedari awal talinya sudah genting benar-benar tak mamapulagi menahan beban, tali tas itupun putus sesaat ketika kami akan bergerak meninggalkan puncak, gue akali dengan mengikatkan tali punggung dengan tali pingga sehingga tas masih bisa dipakai tapi dengan resiko punggun kiri gue bakal pegal.
"Turun akan selalu lebih cepat dari naik", sudah hukum alam, kami hanya membutuhkan waktu 2 jam untuk sampai lagi di posko 1. Jalan turun yang dibasahi oleh air embun masih sangat licin, beberapa kali kami terpeleset dan gue sendiri sempat jatoh dan guling-guling ditanah, untungnya ngak sampai cidera.
Sepanjang jalan turun sangat banyak kelompok pendaki yang kami temui, dari yang benar-benar pendaki atau hanya sekedar pendaki yang hanya ingin berfoto dipuncak untuk dipamerkan kepada teman-temannya atau di pajang di socmed lainnya, kalau kata si Fahmi "Muka-muka nyampah di alam", ngak salah lagi karena biasanya pendaki yang seperti itu bakal buang sampah seenaknya, haha.
Pukul 11:30 kami sampai di salah satu masjid menuju jalan keluar, kami beristirahat disana untuk membersihkan badan, ganti pakaian dan menunggu waktu shalat zuhur, si fahmi memamfaatkanya untuk charging HPnya yang udah mati dari kemarin.
No comments :
Post a Comment
Leave a Comment...